TEHERAN – Iran telah menunjuk Duta Besar (Dubes) perempuan pertama sejak Revolusi Islam pada 1979. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Marzieh Afkham diangkat menjadi Dubes untuk Malaysia, demikian diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Iran pada Minggu 8 November 2015.
“Memilih Afkham sebagai Dubes hanya membutuhkan beberapa menit, tapi menunjuk penerusnya membutuhkan empat bulan,” kata Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif, sebagaimana dilansir AFP, Senin (9/11/2015).
Zarif juga memuji Afkham yang menurutnya telah menjalankan tugasnya sebagai jubir dengan keberanian, kehormatan, dan wawasan yang luas. Di lain pihak, Afkham, diplomat karier yang juga menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan jubir Kemenlu Iran memuji Zarif yang berani mengambil keputusan dengan menunjuk dirinya sebagai Dubes.
Kabar penunjukkan Afkham untuk mengisi pos Dubes telah beredar sejak April 2015 lalu, namun laporan-laporan tersebut belum bisa dikonfirmasi hingga kemarin. Posisi perempuan berusia 50 tahun itu sebagai jubir Kemenlu Iran akan digantikan oleh Jaber Ansari.
Afkham menjadi perempuan Iran kedua yang pernah menjabat sebagai Dubes. Perempuan Dubes terakhir Iran yang dikirim oleh Teheran adalah Mehranghiz Dolatshahi. Ia menjadi utusan Iran untuk Denmark selama tiga tahun sampai Revolusi Islam 1979, kata kantor berita ISNA.
Setelah terpilih pada 2013, Presiden Iran Hassan Rouhani meminta menterinya menunjuk perempuan untuk menempati posisi yang tinggi dalam pemerintahan. Presiden yang dikenal moderat ini menyatakan akan menentang diskriminasi, yang dibuktikan dengan banyaknya perempuan yang memegang posisi-posisi penting dalam pemerintahan.
Meski begitu, Rouhani tetap memberlakukan batasan mengenai posisi apa saja yang diperbolehkan untuk diduduki oleh perempuan. Meskipun mereka diperbolehkan mengisi parlemen dan kabinet, perempuan Iran dilarang untuk bekerja sebagai hakim atau mencalonkan diri sebagai presiden