SEOUL – Korea Utara (Korut) telah mengurangi kesiagaan militernya. Menurut Korea Selatan (Korsel), itu terjadi setelah kedua pihak mencapai persetujuan untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.
Korut mencabut status yang digambarkannya sebagai “keadaan semi-perang” menyusul persetujuan demi meredakan ketegangan. Mereka menambahkan bahwa pihak Korsel membalasnya dengan melonggarkan sikap pertahanannya sendiri.
Menurut perjanjian itu, Korut mengutarakan “penyesalan” mengenai ledakan ranjau darat baru-baru ini yang mencederai dua tentara Korsel. Sebagai imbalannya, pihak Korsel menghentikan siaran propaganda ke Utara.
Kedua pihak mengatakan, mereka akan melanjutkan reuni pada September bagi para keluarga yang terpisah oleh konflik masa Perang Dingin. Mereka juga sepakat mengadakan pembicaraan segera, di Seoul atau Pyongyang, mengenai perbaikan hubungan.
Pada hari ini, Korsel mengisyaratkan pembicaraan tersebut dapat mencakup pencabutan sanksi yang telah berlaku sejak 24 Mei 2010. Sanksi diberikan setelah Korut menenggelamkan kapal perang Korsel.
Pejabat Korsel mengatakan, pengawal keamanan Korut di desa perbatasan Panmunjom sekarang kembali membawa pistol mereka yang biasa, bukan senapan lagi. Sebagian armada kapal selam Korut, yang dikerahkan pekan lalu sekarang telah kembali.
Namun, para pejabat di Seoul menekankan Pyongyang mungkin tidak melonggarkan seluruhnya posisi pertahanannya sampai Jumat 27 Agustus 2015, ketika latihan militer bersama Amerika Serikat (AS)-Korsel akan berakhir.
AS mempunyai lebih dari 28.000 tentara yang berpangkalan di Korsel dan sekarang sedang melakukan latihan militer bersama tahunan. Namun, Korut menentang dan mengutuk latihan ini sebagai persiapan untuk menyerbu mereka.
Source