#10YearChallenge Facebook Diduga Tambang Data Foto
23 Januari 2019, 09:00:01 Dilihat: 224x

Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa pekan terakhir ini, lini massa media sosial tengah digempur tagar #10YearChallenge. Tagar ini menunjukkan postingan warganet perubahan diri dalam kurun waktu 10 tahun.
Tagar ini berseliweran hampir di berbagai platform media sosial seperti Twitter, Facebook dan Instagram. Namun, `tantangan` ini bermula dari Facebook. Setelah selang beberapa pekan, berbagai spekulasi bahwa #10YearChallenge tak sesederhana tagarnya.
Dilansir dari CBS, terdapat kemungkinan bahwa raksasa media sosial ini diam-diam menambang data dari foto-foto yang berseliweran di media sosial. Data ini digunakan untuk meningkatkan algoritme pengenalan wajar.
Profesor NYU Stren School of Business Amy Webb mengungkapkan #10YearChallenge `sempurna` untuk pemanfaatan machine learning.
"Ini memberi Facebook kesempatan `yang menakutkan` untuk belajar, melatih sistem mereka untuk lebih mengenali perubahan kecil," katanya kepada CBS News.
Berdasarkan alat pemantauan media sosial Talkwalker, hingga saat ini tantangan tersebut telah menghasilkan 5,2 juta keterlibatan di Facebook hanya dalam tiga hari.
Spekulasi tentang motif tersembunyi meme itu berkobar setelah penulis Wired, Kate O`Neill, menerbitkan sebuah tulisan yang menunjukkan bahwa tren ini bukan sekadar sebuah kesenangan belaka yang tidak berbahaya.
O`Neill menunjukkan bahwa tantangan viral telah mengisi Facebook dengan foto-foto pengguna yang diambil dalam jangka waktu tertentu.
Beredarnya foto tersebut lebih mudah untuk dianalisis, dari tahun-tahun foto yang telah diunggah pengguna tanpa urutan tertentu. Ini juga lebih berguna untuk teknologi yang mencoba menangkap bagaimana orang melihat dan bagaimana mereka menua.
Dia memperingatkan akan ada `konsekuensi penuh` yang bisa datang dari data yang bertebaran ini. Salah satunya seperti perusahaan asuransi yang menaikkan biaya pertanggungan bagi orang-orang yang tampaknya cepat menua.
Namun, belum ada bukti jelas dari pernyataan mengenai asuransi. Facebook mengeluarkan pernyataan yang mengatakan tidak memiliki peran dalam memulai tantangan dan tidak melihat adanya manfaat bagi dengan adanya tantangan ini.
"Ini adalah meme yang dibuat pengguna yang menjadi viral sendiri. Facebook tidak memulai tren ini, dan meme menggunakan foto yang sudah ada di Facebook," kata perusahaan itu.
"Facebook tidak mendapat keuntungan dari meme ini (selain mengingatkan kita tentang tren mode yang dipertanyakan tahun 2009). Sebagai pengingat, pengguna Facebook dapat memilih untuk mengaktifkan atau menonaktifkan pengenalan wajah kapan saja."
Tetapi bahkan jika Facebook tidak memulai tantangan, itu telah menggunakan kecerdasan pengenalan wajah selama bertahun-tahun untuk mengenali pengguna.
Dilansir dari New York Times, posting Ms. O`Neill mendapat lebih dari 10.000 retweet dan lebih dari 20.000 suka. Dia memperluas pemikirannya dalam artikel yang banyak dibagikan di Wired.
Para ahli mengatakan foto-foto yang diunggah untuk #10YearChallenge adalah setetes di dalam ember data yang sangat besar yang telah dikumpulkan Facebook selama bertahun-tahun.
"Kami memiliki banyak sekali data yang kami bagikan setiap saat, dan perusahaan mengumpulkannya dan menggunakannya dengan berbagai cara," kata Ms. O`Neill.
Lauren A. Rhue, Asisten Profesor Sistem Informasi dan Analitik di Wake Forest School of Business mengatakan bahwa # 10YearChallenge dapat memberikan data yang relatif `bersih` untuk sebuah perusahaan yang ingin menggarap teknologi perkembangan zaman.
Tetapi dia menambahkan bahwa Facebook sudah memiliki miliaran foto di platformnya, dan orang-orang harus waspada terhadap perusahaan mana pun yang memiliki begitu banyak data biometrik.
"Risiko menyerahkan semua jenis data biometrik ke sebuah perusahaan adalah tidak ada transparansi yang cukup, tidak hanya tentang bagaimana data saat ini digunakan, tetapi juga kegunaan masa depan untuk itu," katanya.
Menanggapi isu tersebut, dilansir dari Antara, Dosen Cyber Law International Islamic University Malaysia (IIUM) dan Penasihat Kantor Komisioner Perlindungan Data di Malaysia Sonny Zulhuda mengatakan penggunaan hashtag #10YearChallenge bisa menjadi jalan pintas pengumpulan data.
"Akhir-akhir ini pengguna media sosial sudah banyak melihat foto-foto transformasi wajah yang dilabel hashtag #10YearChallenge. Tidak kurang, politikus dunia hingga artis dan selebriti pun berpartisipasi dalam tren yang satu ini," ujarnya kepada Antara.
Dia mengatakan bahwa aktivitas ini tentunya dimanfaatkan oleh masyarakat media sosial sebagai bahan hiburan dan obrolan yang menarik dan tidak jarang menggelitik.
Namun, dia menambahkan mungkin banyak yang tidak sadar bahwa foto-foto yang disebar itu akan memudahkan pihak media sosial atau pihak ketiga untuk melakukan beberapa pekerjaan mereka.
Pekerjaaan tersebut, seperti penyempurnaan database wajah individu berikut kronologi tahun dan usia, penelitian pola transformasi wajah manusia berdasarkan usia, periode, dan demografi lainnya, seperti ras, gender, dan lingkungan.
Pemrograman pada teknologi kecerdasan buatan (artificial ingelligence/ AI) dalam melakukan rekaan wajah secara lebih akurat serta identifikasi dan penyamaran.
"Apalagi, dengan label yang sangat indikatif, seperti #10YearChallenge akan makin memudahkan penyaringan dan interpretasi data sehingga memberikan jalan pintas untuk pencarian data itu sendiri. Label hashtag itu sama dengan fungsi metadata," katanya.
Sonny mengungkapkan semakin banyak tagar maka akan semakin mudah pencarian data tersebut di domain publik.
"Buat sebagian orang, hal di atas seperti bukan isu baru. Toh, semua data itu kebanyakannya sudah ada di media sosial dan internet. Betul, tetapi bedanya sekarang, kami memudahkan pekerjaan mereka dalam hal kurasi dan pengemasan data yang sebelum ini tersebar salam belantara informasi," katanya.
Karena dengan aksi #10YearChallenge itu, kata dia, para kurator big data mendapatkan verifikasi gratis dalam pengemasan database mereka dan verifikasi data adalah sebuah proses penting yang tidak mudah dan tidak murah.
"Namun, verifikasi ini sudah terpenuhi oleh aksi pemilik data itu sendiri. Lalu, jika ditilik dari aspek pengamanan data, akan banyak timbul keraguan," katanya.
Menurut Sonny, tidak akan ada masalah jika data transformasi wajah itu tersimpan secara aman, misalnya di dalam media sosial tersebut dan tidak disalahgunakan.
Namun, masih banyak penyalahgunaan papar Sonny. Di luar sana banyak pihak yang berminat untuk menggunakannya, baik dengan cara legal maupun ilegal.
"Tentunya masih segar dalam ingatan kita kasus skandal penyalahgunaan data Facebook oleh perusahaan penambang data Cambridge Analytica beberapa waktu lalu yang menyentak dunia," katanya.
Tentunya, ada beberapa aspek positif dari pemanfaatan data transformasi wajah yang bisa dilakukan, seperti untuk memudahkan pencarian orang hilang walaupun sudah bertahun-tahun lamanya.
"Dengan berkembangnya teknologi AI dan `facial recognition` yang dipadukan dengan pola transformasi wajah berdasarkan faktor genetik dan demografis, pihak kepolisian atau keluarga akan mampu mendapatkan sketsa wajah si orang hilang tersebut tergantung pada berapa usianya," katanya.
Contoh lain adalah jika aspek penegakan hukum akan terbantu dengan adanya teknologi dan data tersebut.
Sketsa wajah yang lebih akurat akan memudahkan pencarian tersangka kriminalitas.
"Namun, aspek negatif juga sangat mungkin terjadi. Teknologi dan data pengenalan wajah akan dimanfaatkan oleh para detektif pribadi (private investigator) yang disewa orang untuk memata-matai pergerakan orang lain.
Lalu, para penggiat big data dapat mengembangkan data untuk keperluan komersial dan marketing. Misalnya, industri kosmetik dan perawatan kecantikan bisa menawarkan pasiennya untuk mendapatkan wajah yang lebih muda (atau lebih tua) secara lebih akurat dan tampak alami," katanya.
Kemungkinan terburuknya, menurut dia, dengan tersedianya data wajah yang akurat tersebut siapa yang berniat buruk dapat menggunakannya untuk sekadar memalsukan identitas bagi memudahkan kriminalitas.
"Satu lagi implikasi bagi para pengguna media sosial, setelah ini, Anda tidak bisa lagi mengaku-aku berusia lebih muda dari usia sebenarnya karena akan lebih mudah ketahuan di kemudian hari. Intinya, kita perlu berwaspada terhadap isu ini," katanya.
Ia mengatakan bahwa sketsa wajah, biodata, komunikasi, pergerakan, dan kombinasi itu semua saat ini adalah aset pada era digital ini.
"Mari kita amankan dan berdayakan dalam sadar kita," ujarnya.
Sumber: CNNIndonesia
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.