Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat memperketat akses masuk ke negara itu terkait ancaman teroris. Penumpang internasional menuju negara adidaya itu akan menjalani pemeriksaan metode baru di berbagai bandara asal, sebelum diperbolehkan masuk pesawat.
Lembaga Transportation Security Administration (TSA) mewajibkan bandara di berbagai negara menjalankan pemeriksaan tambahan bagi penumpang yang menuju ke AS. Perangkat milik penumpang seperti ponsel dan laptop harus bisa menyala. Jika tidak, perangkat dilarang masuk pesawat dan pemiliknya mungkin akan diperiksa lebih lanjut.
"Dalam pemeriksaan keamanan, petugas akan meminta pemilik menyalakan sebagian perangkatnya, termasuk ponsel. Perangkat yang tidak menyala tidak akan diizinkan masuk pesawat. Pemiliknya lalu akan diperiksa lagi," demikian pernyataan TSA.
Pemerintah AS rupanya cemas jika ponsel, tablet, laptop atau perangkat elektronik lain bisa dimanfaatkan sebagai bom oleh teroris, yang dituding sebagai kelompok Al Qaeda. Kelompok Nusra Front, unit dari Al Qaeda yang beroperasi di Syria diduga merencanakan serangan ke AS.
Teroris dicemaskan mampu memodifikasi ponsel menjadi bom dan meledakkan pesawat. Intelijen AS menengarai anggota teroris bisa saja memiliki paspor AS atau Eropa sehingga tidak dicurigai. Sebab, ada beberapa warga negara barat yang bergabung dengan kelompok teroris. Itu sebabnya keamanan bandara diperketat.
Seperti dikutip detikINET dari FoxNews, Senin (7/7/2014), tidak dijelaskan bandara mana saja yang menjalankan permintaan dari pemerintah AS. Tapi lokasinya adalah di Eropa, Timur Tengah dan Afrika.
"Pekerjaan kami adalah untuk mencoba mengantisipasi serangan berikutnya. Jadi kami terus mengevaluasi situasi dunia. Dan kami tahu masih ada ancaman teroris untuk Amerika Serikat," kata Jeh Johnson, sekretaris Homeland Security AS.
(fyk/ash)