Jutaan Perempuan Bernama 'Sri' Akan Dikumpulkan, Mau Ngapain?
15 November 2013, 09:22:18 Dilihat: 908x
SEMARANG- Nama ‘Sri’ bagi seorang perempuan Indonesia sering dikonotasikan sebagai perempuan kampungan atau katro. Bahkan sering dianggap sebagai perempuan yang terbelakang dari segi kecerdasan ataupun perekonomian.
Demikian dikatakan perempuan bernama Sri Sayekti. Menurutnya, hal itu didasarkan atas survei yang dilakukannya sejak 10 tahun lalu.
Karena itu, perempuan berumur 52 tahun itu akan terus menghapus anggapan miring terhadap perempuan-perempuan yang memilik nama Sri.
“Karena nama Sri sendiri memiliki arti kecantikan, keelokan, kesuburan, kemakmuran, bahkan padi pun menggunakan nama Dewi Sri sebagai lambang kemakmuran pangan,” katanya.
Sri Sayekti, warga lingkungan Kalipepe Pudak Payung, Kota Semarang, Jawa Tengah, tersebut tidak sekadar berjuang memerangi anggapan miring mengenai perempuan yang memiliki nama Sri. Namun, ia juga rela meluangkan waktu demi memperjuangkan nasib para perempuan yang memiliki nama Sri untuk bisa lebih maju dalam bidang ekonomi, kesejahteraan, kecerdasan, kesehatan, dan status sosial.
Perjuangan tersebut ia lakukan dengan cara mendirikan perkumpulan atau komunitas yang diberi nama Komunitas Sri. Komunitas yang didirikan sejak 2007 itu kini memiliki anggota sekira 6.000 orang. Mayoritas mereka tinggal di wilayah Jawa Tengah, dan tentu saja semuanya bernama Sri.
Komunitas Sri rutin menggelar pertemuan untuk bertukar pengalaman dan keterampilan serta berbagi agar memperoleh peluang usaha yang bisa dibangun bersama. Bahkan tidak hanya berusaha meningkatkan taraf perekonomian, komunitas ini juga untuk mempererat rasa persaudaraan agar bisa saling membantu jika ada salah satu anggota yang membutuhkan uluran tangan. “Komunitas Sri itu memiliki moto ‘Dari Sri untuk Sri dan untuk Bangsa’,” katanya.
Sri Sayekti, yang didampingi suaminya yang bernama Imam Muhidin (58), menargetkan bisa mengumpulkan perempuan yang memiliki nama Sri sebanyak-banyaknya pada 2014.
Di Indonesia, diperkirakan ada jutaan perempuan yang bernama Sri, yang sudah didata dan rencana akan dikumpulkan di setiap daerahnya masing-masing. “Dikumpulkannya perempuan-perempuan yang bernama Sri se-Indonesia ini bukan bertujuan untuk kepentingan politik”, tegasnya.
Sri mengisahkan, awal pergerakan Komunitas Sri tidak berjalan mulus. Lantaran banyak orang yang mencemooh dan mencibir terhadap apa yang dilakukan oleh Sri Sayekti. “Karena syarat untuk bisa bergabung dengan komunitas ini, itu ya berdasarkan nama dan umur minimal 17 tahun seperti yang tertera di dalam KTP. Ya kami harus mengumpulkan fotokopi KTP dari para warga yang kami ketahui bernama Sri. Nah, dari pengumpulan fotokopi KTP tersebut, kami dikira orang yang sedang mencari buruh untuk dijadikan pembantu, kuli, ataupun TKI, padahal tidak," tutupnya.